Cinta sebatas weton jawa

 Shalom..!!!

Kita Tau diindonesia didominasi oleh suku Jawa. Suku yang paling banyak manusianya termasuk mitos dan mitologiny. Kalian, terlebih yang mempunyai darah Jawa pasti pernah dengar yang namanya weton, atau bahasa umumnya primbon. Dalam budaya Jawa ilmu weton masih sangat eksis didaerah perkampungan dengan pengikutnya mbah-mbah, tiyang sepuh dan ketua adat. Mereka sering menggunakan perhitungan weton untuk menentukan hari yang tepat untuk menyelenggarakan acara, patokan acara selametan, dan yang paling mengena dikawula muda yaitu mitos pernikahan yang mengharuskan para calon mempunyai perhitungan weton atau itungan Jawa yang baik. Naasny banyak para pasangan yang harus kandas sebelum pernikahan karena itungan wetonnya tidak cocok atau jatuh pada hal yang tidak baik. Mau tidak mau bagi keluarga yang masih memegang teguh ilmu titen(mitos) harus mengiklaskan gagalny sebuah pernikahan, karena mereka percaya jika pernikahan dengan weton yang tidak cocok akan membawa malapetaka(sial) dalam bahtera rumah tangga. Sehingga, banyak yang memilih menghindari hal tersebut meskipun telah menjalin hubungan yang cukup lama(pacaran). Banyak saya dapati calon pengantin yang harus merelakan rencananya gara-gara tidak cocok weton mskipun telah 7 tahun pacaran, sampaai akhirnya munculah istilah"tresnoku kepenggak itungan jowo"(cintaku terhalang hitungan Jawa(weton)). Untuk membangun cinta tidak semudah mengganti angka 4 menjadi 2+2.

Bagi kalian yang baru tau tentang ilmu weton ini, terdengar seperti hal yang aneh dan ngga masuk akal. Saya sendiri juga berpikir seperti itu .' kenapa hanya karena hitungan dan angka, sebuah rencana baik gagal?'

Kali ini kita bukan membahas bagaimana perhitungan ilmu perwetonan. Tapi kita akan bahas konsep berpikir dalam melihat fenomena atau malah kita sendiri yang dihadapkan dengan fenomena seperti itu...

Oke lets get out, siapkan  kopi, kosongkan gelas, lapangkan hati... Waktunya kita ngopi(ngolah pikiran)....

Dalam sebuah mitos tidak ada kebenaran yang mutlak. Artiny mitospun hasil konsep yang dibangun oleh pemahaman dan pemikiran manusia dahulu, yang masih kita percayai sampai sekarang. Mitos Jawa telah berakar sejak jaman kerajaan kuno, dahulu para sultan menggunakan hitungan Jawa untuk mengurus pemerintahan dan pengaruh dalam sebuah kerajaan. 

" Bukankah orang jaman dahulu lebih cerdas darpada kita?".... Betul, salah satunya ramalan yang terkenal yaitu ramalan Jayabaya yang banyak diakui para pemikir sekarang sebagai tolak ukur para pemikir jaman dahulu. 

"Terus mana yang salah , la? Tidak ada yang salah juga tidak ada yang benar. Sebuah opini dan sebuah konseppun sebenarny tidak perlu diperdebatkan, mengingat setiap orang melihat kebenaran berdasarkan pemahaman dan pengalaman mereka sendiri. Tetapi jika kita menganalisa, sebuah ilmu dalam satu masa atau keadaan yang berbeda, penarapan dalam sebuah ilmu pun perlu pertimbangan dan penafsiran yang lebih mendalam.  Contoh,... Jaman dahulu menentukan waktu sholat harus menggunakan bayangan dari matahari, tetapi sekarang tidak perlu lagi karena sudah ada benda yang dinamakan jam. Tetapi ilmu melihat waktu sholat menggunakan bayangan mataharipun masih bisa digunakan, tetapi tidak sedominan jaman dulu.

Kalau kita menelisik lebih dalam. Banyak problem problem yang dipecahkan di jaman sekarang. Mengingat jaman dulu terbatasny IPTEK sehingga tidak heran mereka bergantung pada alam secara fisik maupun metafisika. Setiap ilmu punya masa eksistensi masing-masing.  Dulu seorang suami berpergian jauh dari keluarga tanpa bisa memberi kabar sehingga timbullah masalah keluarga. Tetapi sekarang ada handphone yang setiap kapanpun bisa saling berkabar-kabar. Jadi masalah yang mungkin tidak terpecahkan dijaman dahulu sehingga mereka menggunakan ilmu perhitungan seperti itu demi menghindari problem- problem rumah tangga. Tetapi kembali lagi dijaman serba tekno apa masih relevan menentukan nasib manusia berdasar angka. Bukan saya menentang tetapi kadang kita terlalu harfiah memakan mentah2 yang biasa dianggap benar masyarakat. 

Dan banyak pengikut ilmu cocokologi(pencocokan)yang sering mencocok-cocokkan satu fenomena dengan fenomena lain sehingga terbentuk pola. Dan pola tersebut berujung pada konsepsi. sehingga jika ada sebuah keluarga yang selalu kalut dengan problem rumah tangga, yang sebelumnya menikah tanpa melihat perhitungan jawa dianggap sebagai akibat tidak mengikuti weton Jawa.

" La ...tapi budaya harus tetap dilestarikan dong? Budaya harus tetap lestari,  tetapi bukankah nasib manusia ditentukan oleh diri mereka sendiri? Hakikatny perjalanan sebuah bahtera akan tetap bertemu dengan badai dan problem lainny, dan yang menentukan lolos dari badaipun dari para pengemudinya dalam mengahadapiny. Disisi lain pun banyak yang tidak menggunakan perhitungan weton tetapi rumah tanggany pun harmonis. 

Menurut saya....memahami sebuah ilmupun harus melihat masa, melalui analisa dan pemahaman sehingga tidak salah dalam pemaknaan dan penerapan. Tetapi kembali lagi ini hanya sebuah opini diskusi.....boleh dong teman-teman speak up opini kalian di bagian komentar..



Mungkin itu aja teman2 .... terimakasih


Komentar

Posting Komentar